KENAL TAK DIKENAL
By: Rindukan Syahid
By: Rindukan Syahid
"Assalaamu ‘alaikum, hei Maisarah! Kamu benar-benar keterlaluan ya, seenaknya saja kamu bilang ke teman-teman bahwa aku yang membuatmu putus dengan Zainul. Dengar ya, meskipun aku ini orang miskin dan tidak sehebat dirimu tapi aku tidak akan sesekali merebut pacar orang, aku masih punya maruah, kamu dengar??"
Terdengar suara Alya yang marah diseberang ponsel. Seorang ikhwan yang berumur 23 tahun bingung tidak karuan mendengar omelan seorang gadis yang nggak jelas.
Terdengar suara Alya yang marah diseberang ponsel. Seorang ikhwan yang berumur 23 tahun bingung tidak karuan mendengar omelan seorang gadis yang nggak jelas.
‘‘Ma,,,’’
‘‘Kamu nggak usah berpura-pura nggak bermaksud menuduhku, semuanya sudah jelas. Selamat ya karena kamu sudah berhasil mempermalukanku. Kamu puas...??!!”
Lagi-lagi Alya mengamuk. Dia meraih bantal gulingnya yang bergambar Doraemon dan melemparkannya dengan kasar. ‘Menyebalkaaaan....!!’
“Mm,,,maaf, ini siapa, ya?”
O’ow... Mendengar suara yang menyerupai suara spesies kaum Adam, Alya jadi terkejut, matanya membulat dan mulutnya menganga lebar, untung saja lalat tidak hinggap dimulutnya, kalau tidak? Haish...
‘Aiiiik? Suaranya kok beda? Oh Kamisama Allah, gawaat,, Jangan-jangan ini,,,,?’
Sontak dada Alya berdegub kencang. Dia menelan ludah dan menarik nafas.
“Nng,,, ini Zainul, ya?” tanya Alya dengan suara bergetar. Takutlah tu.
“Nggak, kalau boleh tahu ini dengan siapa? Kenapa marah-marah?”
Gawat sudah, Tut..tuut.. Alya langsung mematikan Xiaomi chan nya.
‘Lo? Kok yang nyahut ikhwan sih? Bukannya ini nomor Maisarah?’ tanya Alya sendiri. Alya memeriksa kembali nomor yang ada di sehelai kertas dan mencek nomor yang baru saja dihubunginya.
Wuaaa,, pantasan yang nyahut ikhwan ternyata dia salah pencet nomor, ada dua angka yang terbalik. Wajah Alya mendadak berubah menjadi semerah ketam rebus karena malu terhadap dirinya sendiri yang sudah ceroboh.
Wuaaa,, pantasan yang nyahut ikhwan ternyata dia salah pencet nomor, ada dua angka yang terbalik. Wajah Alya mendadak berubah menjadi semerah ketam rebus karena malu terhadap dirinya sendiri yang sudah ceroboh.
‘Jadi,, yang tadi itu siapa? Aduuh’ Dengan cepat Alya kembali mendail nomor yang tadi dengan satu tujuan, meminta maaf.
“Assalaamu ‘alaikum, ”
“Wa’alaikumussalaam,,” sahut Alya dengan nada perlahan, control ayu lah, kan? Hahaha.
“Ada apa, ya?” tanya ikhwan tersebut dengan lembut. ‘Ah,, suaranya lembut sekali, oiiit, sadar Alya, sadar!’ Alya menepuk-nepuk pipi tembamnya. ‘Adeeeh,,bagaimana ini? Aku harus jawab apa?’ tanya Alya dalam hati sambil menggigit bibirnya, dia berharap mentalnya tiba-tiba menjadi sekuat Sakura yang di film Uzumaki Naruto. Bismillah..
“Anu, so,,soal ta,,tadi, aku amm minta maaf, ye” jawab Alya dengan terbata-bata.
‘Tadi marah macam singa, sekarang macam kucing. Comel’ Ashraf tertawa.
“Hahaha,, yang tadi ya? Tidak apa-apa. Oh ya, namamu siapa?”
“Alya, Alya Az-Zahra,” jawab Alya.
“Alya Az-Zahra, ya? Aku Ashraf Aulia, nama kita hampir sama, salam kenal.”
“Salam kenal juga, sekali lagi aku minta maaf.” Alya memelas.
“Tidak apa-apa kok, anggap saja ini hikmah yang tadi. By the way, Alya dapat nomor ini darimana?”
“Maaf, tadi aku salah tekan, jadi nyasar kesini.”
“Anak baik dan jujur, tapi kok tadi kamu tidak selembut ini?”
“Habis,,yang tadi itu aku lagi naik tension, maaf, ya”
“Ok, nomormu aku simpan ya, buat nambah tali silaturrahim, gitu”
“He eh, Oh ya, boleh.”
Begitulah awal perkenalan Alya dengan Ashraf, dari hari ke hari mereka kian akrab hingga berlangsung 11 bulan 3 hari 5 jam ntah berapa menit dan detik. Alya merasa cocok dengan Ashraf dari suaranya yang lembut, ngomongnya juga santun, tawanya yang khas buat Alya, bahkan mereka punya banyak kesamaan dalam kesukaan dan hobi. Tanpa diketahui Alya diam-diam Ashraf jug turut menyimpan perasaan yang sama, hanya saja Ashraf tidak ingin merusak persahabatan mereka yang indah.
###
Pagi ini cuaca cerah, seakan-akan ikut menceriakan suasana kalbu Alya yang ditaburi mawar-mawar yang mekar. Alya melangkah keluar dari kost dengan tak lupa membaca do'a dan selawat dalam hati sambil mengenakan tas sandang ungunya. Dia memang suka berjalan kaki dipagi hari karena bagus untuk kesehatan, selain itu jarak college tidak seberapa jauh dari kosnya.
"Assalaamu'alaikum ukhti, permisi, numpang tanya" tegur seorang lelaki. Teguran itu mematikan langkah kaki Alya, dia menoleh.
"Wa'alaikumussalaam, iya, ada yang bisa kubantu?" sahut Alya seraya menyunggingkan seulas senyuman ikhlas.
'Hehe,, dapat pahala free, sedekah. Idiih,, comel juga ikhwan ini, Alya, kau ini kenapa? Jaga pandangan' Buru-buru Alya menundukkan wajahnya.
"Apa benar ini Jl. Lestari dan Gang Mawar?"
"Benar, ada keperluan apa ya, akhi?" tanya Alya dengan ramah."Tidak ada apa-apa kok ukhti, kemarin ada teman yang memberi tahu kalau di gang ini ada tempat kos ikhwan yang masih kosong."
Alya berfikir sejenak dan tersenyum.
"Memang benar akhi, tapi kalau kos buat ikhwan ada di ujung sana, disini tempat akhwat." Kata Alya sambil menunjukkan arah dengan jarinya.
"Oh,, terima kasih ya atas bantuannya, boleh tahu namanya siapa?" tanya lelaki itu sambil memandang Alya yang terus menundukkan wajahnya. Alya mendongak dan menatap ikhwan itu sebentar lalu menunduk kembali.
'Mak aiii.. malunyaa,,,'
'Mak aiii.. malunyaa,,,'
"Alya Az-zahra, akhi." Jawab Alya perlahan tapi masih dapat didengar lelaki itu.
'DEGH....!'
Jantungnya berdegub kencang, dia meneliti wajah gadis yang didepannya, tanpa sadar dia menoleh ke arah rumah yang tepat dibelakang Alya.
'122'.
Jantungnya berdegub kencang, dia meneliti wajah gadis yang didepannya, tanpa sadar dia menoleh ke arah rumah yang tepat dibelakang Alya.
'122'.
'Jadi benar'gumamnya.
"Kalau begitu terima kasih, ya. Maaf sudah merepotkanmu, sampai ketemu lagi. Wassalaamu'alaikum." Katanya sambil melangkah pargi.
"Iya, Wa'alaikumussalaam" jawab Alya sambil memandang lelaki itu hingga menghilang dari pandangan, kemudian dia melanjutkan langkahnya yang terhenti ke college.
Sayang sekali Alya tidak tahu kalau lelaki yang menegurnya tadi pagi itu ialah Ashraf, Ashraf ingin mengenali Alya secara langsung tanpa dikenali Alya, bukan niatnya untuk bersikap pengecut, namun dia memiliki alasan tertentu.
###
Alya duduk termenung ditaman kampus, raut wajah lelaki yang tadi masih kuat dibenaknya, entah kenapa bayangan lelaki ajnabi itu masih bermain-main difikirannya.
'Hah,, kenapa aku jadi seperti ini, ya? Tapi,, dia siapa? Ya Allah, ampuni aku' batin Alya dalam kesendirian. Kemudian ingatannya beralih kepada sebuah nama, Ashraf.
Sejak pertemuannya dengan lelaki tersebut, belakangan ini Alya merasa ada yang mengawasinya, tapi ntah siapa orangnya.
"Ashraf, suaramu terdengar lemah sekali, apa kamu sakit?" tanya Alya saat dia ditelpon Ashraf.
"Tidak, aku baik-baik saja kok."
"Tapi, kenapa suaramu seperti orang sakit? Tidak semangat"
"He..he..he.. segitu mencemaskan aku ya?, Jangan khawatir" sahut Ashraf sambil tertawa halus, dia menahan rasa sakit yang dialaminya. Seketika Alya malu wajahnya langsung merona untung saja Ashraf tidak melihatnya.
"Ashraf, Kamu ngomong apa?"
"Aku senang kamu mempedulikanku. Oh ya, bagaimana dengan cerpenmu? Apa sudah selesai?"
"Alhamdulillah tinggal sedikit lagi, maklumlah banyak tugas menumpuk, jadi cerpenis juga masih amatiran, hehe,,,"
"Tidak apa, semuanya butuh proses dan tahapan, tetap semangat, ya"
"Insyaa Allah, terima kasih, akhi"
"Kasih diterima, hatinya kapan diberi?" usik Ashraf.
"Hah?? Apa?" Alya membelalakkan matanya, 'Apa aku salah dengar?'
"Haha,, just kidding my girl." Sahut Ashraf dengan tawa yang dibuat-buat.
'Adoyaai,, mulut ini memang tak bisa kompak dengan akal, untung je dia tidak dengar' seru Ashraf dalam hati.
Lagi-lagi Alya terkejut mendengar ucapan Ashraf,
'Omegad Allah, my girl?? Hah...?!'
Pipi Alya semakin merona darahnya naik menyerbu wajahnya. Malu tapi,,suka. Ceeh..
"Hihihi,,,iya, haha,,"
Alya tertawa tanpa sebab. Ashraf mengerutkan dahinya mendengar tawa Alya yang kedengaran aneh.
"Ngomong-ngomong kita akrab sekali ya, padahal kita belum pernah berjumpa" celetuk Alya setelah mereka diam 2 menit yang lalu. Ashraf tertegun mendengar ucapan Alya. Kemudian dia meringis kesakitan.
"Alya, aku sudah lebih mengenalmu. Kamu juga, meski hanya lewat bathin" sahut Ashraf dengan nada perlahan. Alya diam.
"Oh ya, aku ada permintaan" kata Ashraf mengalihkan pembicaraan.
"Apa?"
"Alya, kamu mau menyanyikan sebuah lagu khusus untukku?" tanya Ashraf dengan nada memohon. Mendengar itu Alya tersenyum.
"Hei, permintaan macam apa itu? Aku tak pandai lah"
"Itu permintaan terakhirku. Aku hanya ingin mendengarmu menyanyikan lagu yang khas buatku, ayolah, before aku menutup mata untuk yang terakhir kali" bujuk Ashraf.
Dia tau kalau Alya tidak akan menolak permintaannya. Alya tersenyum mendengar Ashraf, dia tahu Ashraf tengah membujuknya.
Dia tau kalau Alya tidak akan menolak permintaannya. Alya tersenyum mendengar Ashraf, dia tahu Ashraf tengah membujuknya.
'Mungkin dia mau tidur' fikir Alya.
"Emm,,, baiklah, "
Alya pun menyanyikan lagu 'Permata yang Dicari oleh Munsyid Dehearty' sampai selesai.
Alya pun menyanyikan lagu 'Permata yang Dicari oleh Munsyid Dehearty' sampai selesai.
"Terima kasih banyak ye Alya, itu sungguh berarti bagiku, aku minta maaf atas salah & khilafku selama ini"
Suara Ashraf semakin melemah.
Entah kenapa tiba-tiba ada firasat buruk bagi Alya, dia merasakan ada sesuatu yang terselip dibalik kata-kata Ashraf.
Entah kenapa tiba-tiba ada firasat buruk bagi Alya, dia merasakan ada sesuatu yang terselip dibalik kata-kata Ashraf.
"Hanya itu permintaanmu?"
"Iya, mungkin aku akan pergi jauh. Alya, tolong ucapkan,, se,,lamat ja,,jalan padaku. Alya" Alya semakin heran.
"Ashraf nak pergi mana? Ke luar negeri?"
Alya mencoba menebak, dia berfikir Ashraf akan meneruskan pelajaran ke luar negeri sekaligus mencapai cita-cita sebagai penulis.
"Ashraf?" panggil Alya sekali lagi. Tetap tidak ada sahutan.
'Mungkin dia sudah tidur' fikir Alya.
"Baiklah, selamat jalan ya, Ashraf" ucap Alya setengah berbisik.
'Laa ilaha illallah'
Hanya itu yang mampu dilafazkan Ashraf sebelum menutup mata untuk selamanya.
###
Keesokan harinya Alya kembali menghubungi Ashraf tapi tidak ada jawaban, yang ada cuma bunyi tuut...tuut.. Besok dan besoknya lagi Alya terus menghubungi Ashraf namun hasilnya tetap nihil.
Ini merupakan minggu ke-2, Alya semakin gelisah, rindu dan takut bercampur menjadi satu. Kali ini dia bertekad dengan bulat. Pagi-pagi dia sudah berangkat dari rumah penginapannya dengan tujuan mengunjungi rumah Ashraf. Kurang lebih 2 jam dalam perjalanan memang membuat Alya bosan dan lelah, namun dia tetap semangat untuk mencari alamat sahabat yang dirinduinya. Akhirnya dia berhasil juga menemukan yang dia cari.
Maa Syaa Allah...
Betapa takjubnya Alya melihat keindahan sebuah rumah yang layaknya seperti istana, tanaman mawar yang menghiasi pekarangan dan air mancur yang dihiasi lampu kerlap kerlip menambah keindahan rumah tersebut.
Betapa takjubnya Alya melihat keindahan sebuah rumah yang layaknya seperti istana, tanaman mawar yang menghiasi pekarangan dan air mancur yang dihiasi lampu kerlap kerlip menambah keindahan rumah tersebut.
'Ini rumah apa istana, ya? Tapi apa benar ini rumah yang kucari?' tanya Alya dalam hati.
Dengan bismillah perlahan-lahan Alya menekan tombol yang ada di pagar. Selang beberapa menit seorang lelaki separuh baya muncul dari dalam rumah dan berjalan kearah pagar.
"Assalaamu'alaikum, maaf pak, apa benar ini rumahnya Ashraf?" tanya Alya dengan sopan.
Lelaki yang bernama Zareef itu memandang raut wajah gadis yang didepannya.
'Ternyata gadis ini yang dimaksud' kata Zareef dalam hati.
Zareef mengangguk dan tersenyum sambil membuka pintu pagar. Alya membalas senyuman Zareef dan melangkah ke dalam.
"Wa'alaikum salaam, anak ini yang bernama Alya Az-zahra kan?" sapa Zareef dengan ramah.
"Iya pak." Sahut Alya dengan tetap tersenyum namun dia juga heran karena lelaki itu mengetahui namanya. Matanya memandang seisi ruangan untuk menemukan wajah yang dia cari. Zareef yang menyadari tingkah laku anak dara tersebut cuma bisa memberikan senyuman yang dipaksakan, hatinya bertambah pilu.
"Nak, silahkan duduk dulu. Saya Zareef, pamannya Ashraf," Kata Zareef.
"Oh ya, pak" sahut Alya dengan tersenyum.
"Sebentar ya, nak. Bapak ke dalam dulu" kata Zareef sambil melangkah ke dalam.
"Iya, pak." Sahut Alya. Hatinya sudah dup dap dup dap.
Zareef menemui mak Asnah, pembantu rumah yang sejak kecil sudah merawat Ashraf, dan menyuruh mak Asnah menyediakan minuman dan kue.
"Tuan, jangan-jangan gadis itu belum tahu." Kata mak Asnah sambil menuangkan fresh orange ke dalam gelas.
"Mungkin, baiklah, tolong mak bawa ini kedepan, nanti saya nyusul"
"Baik tuan" sahut mak Asnah.
Melihat seorang wanita yang sudah berumur datang membawa dulang berisi minuman, Alya segera berdiri dan tersenyum.
"Maaf ya neng, mak kelamaan bawa minumannya" kata mak Asnah dengan ramah sambil meletakkan gelas dan kue di atas meja. Kemuadian dia memandang Alya dan tersenyum.
"Maa Syaa Allah, ternyata tuan muda pandai memilih teman, neng ini yang namanya Alya, kan?" tanya mak Asnah. Alya yang mendengar ucapan mak Asnah cuma tersenyum malu, namun disudut hatinya masih terdapat kejanggalan.
"Iya, bu." Jawab Alya sambil menyalami mak Asnah.
"Neng, kenalin, saya ini mak Asnah, pembantu disini, panggil mak aja"
"Iya, mak, Ashraf lagi dimana? Kok dari tadi belum keliatan?" tanya Alya.
Mak Asnah menunduk. Dia tidak dapat menjawab pertanyaan Alya, hatinya sendiri masih berduka.
Mak Asnah menunduk. Dia tidak dapat menjawab pertanyaan Alya, hatinya sendiri masih berduka.
"Neng, mak ke dapur dulu, ye" kata mak Asnah sambil mengambil nampan dan langsung pergi ke dapur.
Dahi Alya berkerut menandakan dia heran melihat sikap mak Asnah.
Bismillah, dia meneguk air orange yang dihadapannya. Fuhh... Segaaar!
Dahi Alya berkerut menandakan dia heran melihat sikap mak Asnah.
Bismillah, dia meneguk air orange yang dihadapannya. Fuhh... Segaaar!
Tak lama kemudian Zareef datang dengan membawa sebuah kotak hijau ditangan.
"Alya,," panggil Zareef. Alya mengangkat wajahnya, dihadapannya Zareef berdiri dengan sebuah kotak hijau ditangan. Dengan suara berat Zareef pun bicara.
"Ashraf, dia sudah tiada lagi, Alya" kata Zareef lirih.
"Sudah tiada? Apa maksudnya?" tanya Alya bingung. Sungguh dia tidak mengerti apa yang terjadi sesungguhnya.
"Alya, ketahuilah , Ashraf sudah menghadap Yang Maha Kuasa, memang berat bagi kita, tapi apa boleh buat? Allah ternyata lebih menyayanginya" jawab Zareef dalam nada sendu.
Allah...!!
Alya terkejut mendengar ucapan Zareef, dia teringat kata-kata Ashraf waktu terakhir kali mereka bicara lewat telepon.
Alya terkejut mendengar ucapan Zareef, dia teringat kata-kata Ashraf waktu terakhir kali mereka bicara lewat telepon.
"Oh ya, aku ada permintaan''
"Apa?"
"Alya, kamu mau menyanyikan sebuah lagu khusus untukku?"
"Hei, permintaan macam apa itu? Aku tidak pandai menyanyi."
"Itu permintaan terakhirku. Aku hanya ingin mendengarmu menyanyikan lagu yang khas buatku, ayolah, sebelum aku menutup mata untuk yang terakhir kali"
"Terima kasih banyak ya, Alya, itu sungguh berarti bagiku, aku minta maaf atas salah & khilafku selama ini"
"Hanya itu permintaanmu?"
"Iya, mungkin aku akan pergi jauh. Alya, tolong ucapkan,, se,,lamat ja,,jalan padaku. Alya"
"Apa?"
"Alya, kamu mau menyanyikan sebuah lagu khusus untukku?"
"Hei, permintaan macam apa itu? Aku tidak pandai menyanyi."
"Itu permintaan terakhirku. Aku hanya ingin mendengarmu menyanyikan lagu yang khas buatku, ayolah, sebelum aku menutup mata untuk yang terakhir kali"
"Terima kasih banyak ya, Alya, itu sungguh berarti bagiku, aku minta maaf atas salah & khilafku selama ini"
"Hanya itu permintaanmu?"
"Iya, mungkin aku akan pergi jauh. Alya, tolong ucapkan,, se,,lamat ja,,jalan padaku. Alya"
Tiba-tiba Alya merasakan matanya panas dan pandangannya kabur, dia mencoba bertahan agar tidak menangis, namun airmatanya tumpah jua. Dadanya terasa sesak, rindu yang ditahannya kini bersatu dengan rasa sakit yang mendalam karena kehilangan sosok yang dirinduinya, lebih tepat yang disukainya. Lututnya gemetar dan tanpa sadar Alya terjelopok ke lantai.
"Alya, sudahlah nak, dia sudah tiada. Jangan menangis, kita doakan agar Ashraf ditempatkan ditempat yang Dia redhoi" bujuk Zareef.
Dia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Alya. Mak Asnah yang berdiri dibalik pintu menghapus airmatanya. Dia sendiri sangat menyayangkan Ashraf, sejak kedua orangtua Ashraf meninggal karena kecelakaan Ashraf berumur 3 tahun, sejak itu sampai sekarang dialah yang menggantikan posisi ayah dan ibu Ashraf sebagai orangtua dan mengasuhnya. Namun, seperti yang dikatakan Zareef, Allah ternyata lebih menyayangi Ashraf sehingga Dia memanggilnya.
###
Alya menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur dan memejamkan mata. Dia merasa seperti bermimpi saat melihat sebaris nama yang tertera diatas batu nisan. Ya, Zareef dan mak Asnah yang membawanya ke pemakaman tempat Ashraf dikuburkan.
''Ashraf, kenapa kamu tidak menceritakan semuanya padaku? Kenapa??'' tanya Alya disela-sela tangisnya.
Dia meraih tas sandang ungu milik dan mengeluarkan seluruh isinya. Perlahan-lahan dia meraih sebuah ponsel dan kotak hijau pemberian paman Ashraf tadi siang. Dia meletakkan kembali ponsel milik Ashraf dan membuka kotak hijau tersebut.
''Yaa Allah,,!!''
Alya terkejut begitu melihat isi kotak itu. Didalam kotak itu terdapat banyak foto seorang akhwat yang tidak lain dirinya sendiri. Disaat dia duduk ditaman, waktu tertawa, tersenyum, melambaikan tangan, berjalan, makan, semua itu tertera didalam foto-foto yang ada ditangannya. Saat dia memperhatikan foto-fotonya yang diambil Ashraf secara diam-diam, tiba-tiba matanya menangkap sebuah foto yang menarik perhatiannya. Dengan cepat Alya meraih foto tersebut.
"Hah,, dia???"seru Alya.
Lagi-lagi dia terkejut melihat dua insan yang berada difoto. Ya, didalam foto terdapat gambar dirinya yang berdiri disamping seorang lelaki muda, lelaki berpeci putih yang menegurnya waktu itu. Tampak seperti diedit. Akan tetapi pipi Alya mendadak berubah warna, dari raut wajahnya yang tadi pucat menjadi kemerah-merahan karena malu melihatnya meski hasil pengeditan tapi tampak seperti orang yang 'couple' yang asli.
'Iyalah, kan? Aku tidak pernah berfoto berdua dengan ajnabi'
'Iyalah, kan? Aku tidak pernah berfoto berdua dengan ajnabi'
Kemudian tangannya beralih ke telepon genggam biru milik Ashraf dan mengutak atiknya. Disitu ada file foto dirinya, ada juga kumpulan foto Ashraf. Lalu dia memutar-mutar mp3 qasidah, video dan audio. Disaat Alya sedang mendengar audio yang diputarnya tiba-tiba telinganya menangkap suara yang menarik hatinya.
“Assalaamu ‘alaykum sahabatku, Alya.
Sebelumnya aku meminta maaf karena tidak jujur padamu sejak awal, tapi ketahuilah disaat perkenalan kita, sejak itulah hati ini merasa bahagia. Kenapa? Aku juga tidak tahu entah apa alasannya, Alya. Hanya saja hatiku berdebar disaat mendengarmu berbicara. Aku berusaha untuk menepis bayangmu disaat aku mengingatmu, namun aku tak bisa. Aku takut perasaan seorang sahabat ini berubah menjadi perasaan yang lain.
Berhari-hari aku mencari dirimu dan akhirnya tanpa sengaja aku menemukan gadis yang kucari, rasa ingin mengenal dan rindu itulah yang menyebabkan aku bertekad menemuimu dan mengikutimu secara diam-diam seperti seorang pengecut dan pecundang. Tapi itu semua kulakukan karena aku tidak ingin membuatmu merasa sedih jika kau tahu aku mengidap penyakit barah otak dan merasa kehilangan diriku disuatu saat nanti.Untuk menghilangkan perasaan yang tidak pantas bagiku aku minta petunjuk kepada Allah dalam istikharah dan berharap kau tercipta untukku, didunia dan diakhirat
Alya Az-Zahra. ﺍﺣﺒﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺨﻨﺔ , insya Allah.. Jadilah sosok penulis yang shalihah untuk melanjutkan impianku yang mungkin tidak bisa ku gapai, Alya. Wassalaamu ‘alaykum, wr.wb..”
Sebelumnya aku meminta maaf karena tidak jujur padamu sejak awal, tapi ketahuilah disaat perkenalan kita, sejak itulah hati ini merasa bahagia. Kenapa? Aku juga tidak tahu entah apa alasannya, Alya. Hanya saja hatiku berdebar disaat mendengarmu berbicara. Aku berusaha untuk menepis bayangmu disaat aku mengingatmu, namun aku tak bisa. Aku takut perasaan seorang sahabat ini berubah menjadi perasaan yang lain.
Berhari-hari aku mencari dirimu dan akhirnya tanpa sengaja aku menemukan gadis yang kucari, rasa ingin mengenal dan rindu itulah yang menyebabkan aku bertekad menemuimu dan mengikutimu secara diam-diam seperti seorang pengecut dan pecundang. Tapi itu semua kulakukan karena aku tidak ingin membuatmu merasa sedih jika kau tahu aku mengidap penyakit barah otak dan merasa kehilangan diriku disuatu saat nanti.Untuk menghilangkan perasaan yang tidak pantas bagiku aku minta petunjuk kepada Allah dalam istikharah dan berharap kau tercipta untukku, didunia dan diakhirat
Alya Az-Zahra. ﺍﺣﺒﻚ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺨﻨﺔ , insya Allah.. Jadilah sosok penulis yang shalihah untuk melanjutkan impianku yang mungkin tidak bisa ku gapai, Alya. Wassalaamu ‘alaykum, wr.wb..”
Butiran kristal berjatuhan ke pipi Alya, dia tidak dapat menahan kesedihan dihatinya, dia juga terharu mendengar ungkapan hati orang yang sejujurnya dia cintai dalam diam.
"Ashraf Aulia, Uhibbuka fillah aidhan." Bisik Alya lirih seraya memeluk foto Ashraf erat-erat.
###
Tidak terasa sudah 3 tahun berlalu. Alya semakin sibuk dengan laptopnya yang bernama Kompi-Chan. Alhamdulillah, namanya sekarang sedang menjadi buah bibir penggemar karyanya. Saat ini cerpen-cerpen yang dibuatnya telah banyak menghiasi benerapa majalah. Antara lain majalah UMMI, Annida, dan lain-lain. Bahkan ada novel terbarunya yang lagi hot dipasaran, Kenal Tak Dikenal yang diambil dari pengalaman pribadinya.
"Waah,, selamat ya Alya, lagi-lagi pecinta novel ramai meminati karyamu." Ucap Damayanti.
Alya tersenyum mendengar ucapan sang penerbit bukunya sambil menjabat erat tangan Damayanti.
Perlahan-lahan Alya melangkah menuju masjid dan duduk diserambi masjid. Kemudian dia membuka tas dan mengeluarkan sebuah foto, Ashraf. Lalu membawa foto itu kedekapannya dan memejamkan mata.
'Ashraf, kau tahu? Sekarang aku sudah menggapai impianmu, semoga kau baik-baik saja disana. Kudo'akan agar kau ditempatkan ditempat orang-orang yang Dia ridhai.' ucap Alya lirih dengan mata basah.
Tak lama Alya pun berdiri dan masuk dedalam masjid untuk melaksanakan shalat Dhuha.
Tak lama Alya pun berdiri dan masuk dedalam masjid untuk melaksanakan shalat Dhuha.
TAMAT.
Pena: @Lya Bidadari Abiy
Facebook : @Rindukan_syahid
Facebook : @Rindukan_syahid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar